rumahkreatifjogja.id – Indonesia dan Malaysia, dua negara yang berada di Semenanjung Malaya dan Kepulauan Nusantara, memiliki hubungan yang kaya akan interaksi sosial, budaya, dan politik. Namun, di balik kedekatan geografis dan kesamaan beberapa aspek budaya, kedua negara ini juga terlibat dalam sejumlah konflik yang cukup signifikan sepanjang sejarahnya. Konflik Indonesia dan Malaysia ini bukan hanya dipengaruhi oleh perbedaan politik dan ekonomi, tetapi juga oleh faktor sejarah kolonialisme, perbatasan wilayah, dan dinamika pasca-kemerdekaan.
1. Masa Kolonial: Fondasi Konflik yang Terbentuk
Pada masa penjajahan, wilayah yang kini dikenal sebagai konfrontasi Indonesia dan Malaysia berada di bawah kekuasaan kekuatan kolonial Eropa yang berbeda. Indonesia, yang dahulu merupakan Hindia Belanda, berada di bawah pengaruh Belanda selama lebih dari 300 tahun. Sementara itu, Malaysia (dulu Malaya) merupakan koloni Inggris. Meskipun kedua negara ini terpisah oleh kekuasaan kolonial yang berbeda, garis batas dan pengaruh ekonomi yang dibentuk pada masa ini kelak memengaruhi hubungan kedua negara pasca-kemerdekaan.
2. Kemerdekaan dan Awal Rivalitas (1945-1963)
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ketegangan antara Indonesia dan Malaysia mulai meningkat. Indonesia merdeka setelah mengusir Belanda, sedangkan Malaysia (dulu Malaya) memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1957. Sejak saat itu, kedua negara mulai memiliki ketegangan terutama terkait dengan kebijakan politik luar negeri masing-masing yang berbeda.
Namun, masalah terbesar yang memicu konflik dimulai pada tahun 1963. Ketika Malaysia dibentuk dengan penggabungan Malaya, Singapura, Sabah, dan Sarawak, Indonesia menentang keras pembentukan negara baru tersebut. Presiden Indonesia, Sukarno, menganggap bahwa pembentukan Malaysia adalah bagian dari konspirasi neo-kolonialisme yang diprakarsai oleh Inggris. Indonesia mengklaim bahwa Malaysia adalah negara buatan Inggris dan tidak memiliki legitimasi.
3. Konfrontasi (1963-1966)
Ketegangan antara Indonesia dan Malaysia memuncak pada tahun 1963-1966 dalam peristiwa yang dikenal sebagai Konfrontasi Indonesia-Malaysia atau Konfrontasi saja. Konflik ini melibatkan serangan militer dan diplomatik yang bertujuan untuk menggagalkan pembentukan Malaysia. Indonesia melancarkan aksi militer di wilayah Kalimantan (Borneo), yang pada waktu itu terlibat dalam pembentukan Malaysia, dengan harapan dapat mempengaruhi wilayah tersebut untuk memilih berdiri di pihak Indonesia.
Perang ini tidak hanya melibatkan militer kedua negara, tetapi juga melibatkan para aktivis pro-Indonesia di Malaysia yang mencoba menggerakkan massa. Indonesia juga mendesak negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk tidak mengakui Malaysia. Pada akhirnya, konfrontasi ini berakhir pada tahun 1966 setelah kematian Presiden Sukarno dan perubahan besar dalam politik Indonesia yang mengarah pada penandatanganan kesepakatan damai antara kedua negara.
4. Era Pasca-Konfrontasi: Normalisasi Hubungan (1967-1990-an)
Setelah berakhirnya konfrontasi, Indonesia dan Malaysia mulai membangun kembali hubungan diplomatik mereka. Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto mengadopsi kebijakan luar negeri yang lebih pragmatis dan mengedepankan stabilitas kawasan. Pada tahun 1967, Indonesia dan Malaysia bersama-sama mendirikan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), yang mempererat kerjasama ekonomi dan politik di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga:
Peran Laskar Siliwangi dalam Pertempuran Bandung Lautan Api
Selama beberapa dekade berikutnya, hubungan kedua negara relatif stabil. Namun, meskipun hubungan diplomatik terjalin dengan baik, persaingan ekonomi dan sumber daya alam tetap memicu ketegangan di berbagai bidang, terutama mengenai pembagian sumber daya alam di Laut Cina Selatan dan sengketa mengenai perbatasan.
5. Sengketa Teritorial dan Ekonomi: Konflik yang Terus Berlanjut
Pada abad ke-21, Indonesia dan Malaysia menghadapi sejumlah masalah teritorial yang masih berlanjut. Sengketa perbatasan laut di sekitar Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi titik panas antara kedua negara. Pada tahun 2002, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa kedua pulau tersebut berada di bawah kedaulatan Malaysia. Namun, Indonesia tidak sepenuhnya menerima keputusan ini, meskipun hubungan kedua negara secara diplomatik tetap terjaga.
Selain itu, masalah buruh migran menjadi sumber ketegangan lain antara kedua negara. Ribuan pekerja migran Indonesia bekerja di Malaysia, dan banyak di antara mereka yang menghadapi perlakuan tidak adil, yang menyebabkan ketegangan diplomatik antara kedua negara. Pemerintah Indonesia berulang kali menuntut agar Malaysia memberikan perlindungan yang lebih baik bagi warganya yang bekerja di sana.
6. Krisis Lingkungan dan Isu Kebakaran Hutan
Salah satu isu lainnya yang turut memperburuk hubungan Indonesia dan Malaysia adalah kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan yang menyebabkan kabut asap yang melintasi perbatasan kedua negara. Asap dari kebakaran hutan yang sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit ini, menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan yang merugikan warga di kedua negara. Indonesia sering mendapat kritik keras dari Malaysia terkait penanganan kebakaran hutan yang tidak efektif.
7. Masa Depan Hubungan Indonesia dan Malaysia
Meski mengalami berbagai tantangan sepanjang sejarahnya, hubungan Indonesia dan Malaysia tetap menunjukkan adanya potensi kerjasama yang lebih erat. Sebagai negara tetangga dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia memiliki banyak kesamaan dalam hal budaya, agama, dan kepentingan politik. Kerjasama dalam bidang perdagangan, pariwisata, dan pendidikan terus berkembang.
Namun, sejarah konflik yang panjang mengingatkan kedua negara akan pentingnya menjaga stabilitas hubungan agar tidak terganggu oleh isu-isu minor. Meskipun ketegangan sering muncul, terutama terkait sengketa wilayah dan masalah buruh migran, kedua negara memiliki mekanisme diplomatik yang matang untuk meredakan ketegangan tersebut. Dengan komitmen terhadap penyelesaian damai dan kerjasama internasional, Indonesia dan Malaysia dapat menatap masa depan dengan optimisme.
Penutup
Sejarah konflik Indonesia Malaysia mencerminkan betapa kompleksnya hubungan antar negara yang memiliki latar belakang sejarah yang berbeda. Meski terdapat ketegangan yang tercatat dalam sejarah, kedua negara telah banyak belajar dari pengalaman masa lalu dan terus berusaha mengelola perbedaan dengan cara yang konstruktif. Konflik yang pernah terjadi menjadi pelajaran berharga bagi keduanya dalam membangun hubungan yang lebih harmonis di masa depan.