rumahkreatifjogja.id – Pada abad ke-17, wilayah Indonesia menjadi pusat persaingan antara berbagai kekuatan kolonial yang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah yang sangat bernilai. Salah satu momen penting dalam sejarah kolonial Indonesia adalah peristiwa penaklukan Makassar oleh Belanda pada tahun 1667. Peristiwa ini tidak hanya merubah peta politik di kawasan Nusantara, tetapi juga menandai di mulainya pengaruh Belanda yang semakin besar di wilayah timur Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri bagaimana peristiwa ini bermula dan dampaknya terhadap perkembangan sejarah Indonesia.
Latar Belakang Penaklukan Makassar
Makassar, yang kini di kenal sebagai kota Makassar di Sulawesi Selatan, merupakan pelabuhan penting dan pusat perdagangan yang sangat strategis pada masa itu. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, Makassar menarik perhatian banyak pihak, termasuk kekuatan-kekuatan Eropa seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda. Namun, kerajaan yang berkuasa di Makassar pada waktu itu adalah Kesultanan Gowa yang di pimpin oleh Sultan Hasanuddin.
Kesultanan Gowa memiliki kedudukan yang sangat kuat, dengan armada laut yang tangguh dan pengaruh politik yang luas. Selain itu, Gowa juga memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan di kawasan timur Indonesia dan bahkan dengan beberapa kerajaan di luar Nusantara. Oleh karena itu, posisi Gowa menjadi sangat strategis dalam menguasai jalur perdagangan antara timur dan barat, yang membuat Belanda merasa terancam akan persaingan dalam menguasai jalur perdagangan tersebut.
Konflik Awal dengan Portugis dan Spanyol
Pada awal abad ke-17, Belanda sudah mulai menguasai sebagian besar wilayah Indonesia, terutama melalui Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang di dirikan pada tahun 1602. VOC memiliki tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan memperluas kekuasaannya di kawasan Asia. Makassar, sebagai salah satu pelabuhan utama dalam perdagangan rempah-rempah, menjadi ancaman bagi VOC, karena kerajaan Gowa tidak hanya bersaing dalam perdagangan tetapi juga memiliki kekuatan angkatan laut yang bisa mengganggu monopoli Belanda.
Baca Juga:
Mengenang Peristiwa Rengasdengklok dalam Sejarah Indonesia
Pada saat yang sama, Makassar juga terlibat dalam konflik dengan kekuatan-kekuatan Eropa lainnya, seperti Portugis dan Spanyol. Di bawah Sultan Hasanuddin, Gowa terlibat dalam berbagai pertempuran dengan Portugis dan Spanyol yang berusaha menguasai wilayah di sekitar Makassar. Namun, ketegangan ini tidak berlangsung lama, karena pada akhirnya Portugis dan Spanyol lebih memilih untuk menjalin aliansi dengan Belanda demi mengimbangi kekuatan Gowa.
Penyebab Penaklukan: Aliansi Belanda dan VOC dengan Bugis
Pada awalnya, Sultan Hasanuddin dan Belanda sempat menjalin hubungan diplomatik. Namun, ketegangan mulai muncul ketika Belanda menyadari bahwa kekuatan Gowa yang semakin besar akan mengancam dominasi mereka di kawasan perdagangan. Belanda, yang ingin mengurangi pengaruh Gowa, mulai mencari cara untuk melemahkan kerajaan ini. Salah satu langkah yang di ambil oleh Belanda adalah menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan tetangga, terutama dengan Kerajaan Bugis yang berada di wilayah sebelah timur Makassar.
Bugis pada waktu itu merupakan pesaing utama Gowa dalam menguasai wilayah Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan ini terlibat dalam persaingan yang cukup sengit untuk mendapatkan kontrol atas jalur perdagangan dan wilayah strategis lainnya. Aliansi antara Belanda dan Bugis memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Bagi Bugis, mereka mendapatkan dukungan militer dari Belanda dalam menghadapi Gowa. Bagi Belanda, aliansi ini membantu mereka melemahkan kekuatan Gowa dan memperkuat pengaruhnya di wilayah Sulawesi.
Perang Makassar (1666-1667)
Perang Makassar, yang berlangsung antara tahun 1666 hingga 1667, merupakan puncak dari konflik antara Belanda dan Kesultanan Gowa. Setelah beberapa kali bentrokan kecil, perang besar meletus ketika armada Belanda bersama pasukan Bugis menyerbu Makassar. Sultan Hasanuddin, yang awalnya berhasil bertahan dengan kuat, mulai menghadapi kesulitan. Belanda, yang memiliki armada laut yang lebih besar dan dukungan dari Bugis, berhasil mengepung Makassar dan memutus jalur pasokan makanan serta perbekalan lainnya ke dalam kota.
Sultan Hasanuddin berusaha bertahan, namun tekanan yang terus meningkat membuatnya kesulitan. Di sisi lain, Belanda juga memperkuat blokade mereka dengan mengisolasi Makassar dari jalur perdagangan yang sangat penting. Hal ini mempengaruhi ekonomi kerajaan dan memaksa Sultan Hasanuddin untuk mempertimbangkan perundingan.
Perjanjian Bongaya (1667)
Pada tahun 1667, setelah berbulan-bulan pertempuran dan pengepungan yang melelahkan, Sultan Hasanuddin akhirnya setuju untuk menandatangani perjanjian yang di kenal sebagai Perjanjian Bongaya. Perjanjian ini menandai akhir dari perjuangan Sultan Hasanuddin dan penaklukan Makassar oleh Belanda.
Isi perjanjian tersebut sangat merugikan pihak Gowa, antara lain:
- Kesultanan Gowa harus menyerahkan beberapa wilayah penting kepada Belanda.
- Gowa setuju untuk membatasi hubungan perdagangan dengan negara-negara asing selain Belanda.
- Gowa juga harus menghentikan permusuhannya dengan Bugis dan mengizinkan Belanda untuk mengendalikan jalur perdagangan utama di wilayah tersebut.
Dengan perjanjian ini, Belanda berhasil menguasai Makassar dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan kolonial utama di Indonesia bagian timur. Keberhasilan Belanda dalam menaklukkan Makassar juga menjadi awal dari ekspansi mereka ke wilayah-wilayah lain di kawasan timur Indonesia.
Dampak Penaklukan Makassar
Penaklukan Makassar memiliki dampak yang sangat signifikan, baik bagi Belanda maupun untuk wilayah Indonesia. Bagi Belanda, kemenangan ini membuka jalan bagi mereka untuk menguasai seluruh jalur perdagangan rempah-rempah di Indonesia, terutama di bagian timur. Dengan menguasai Makassar, Belanda semakin menguatkan kontrolnya terhadap perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan, sekaligus melemahkan kekuatan-kekuatan lokal yang sebelumnya berdiri sebagai pesaing.
Bagi Sultan Hasanuddin dan Kesultanan Gowa, peristiwa ini adalah titik balik yang menyakitkan. Meskipun Gowa masih bertahan dalam bentuk kekuatan kecil, posisi mereka di peta politik Nusantara semakin tergerus. Gowa yang pernah menjadi kerajaan besar kini harus mengakui kekuasaan Belanda di wilayahnya. Namun, meskipun Gowa kalah, semangat perlawanan terhadap penjajah tetap hidup dalam sejarah rakyat Makassar dan Sulawesi Selatan.
Kesimpulan
Penaklukan Belanda atas Makassar pada abad ke-17 bukan hanya merupakan kemenangan militer, tetapi juga strategi diplomatik yang berhasil mengurangi pengaruh kekuatan lokal. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana Belanda menggunakan aliansi dan kekuatan ekonomi untuk mengatasi musuh-musuh mereka, sekaligus mengukuhkan posisi mereka sebagai penguasa utama di Indonesia. Perang Makassar menjadi salah satu momen penting dalam sejarah kolonial Indonesia yang memiliki dampak jangka panjang terhadap peta politik dan ekonomi di kawasan tersebut.