rumahkreatifjogja.id – Kampung Adat Kranggan dikenal sebagai salah satu pemukiman tertua di Kota Bekasi. Meskipun dikelilingi oleh area perkotaan yang berkembang pesat, kampung ini tetap teguh menjaga dan mempertahankan tradisi serta adat istiadatnya. Salah satu bentuk pelestarian yang terlihat jelas adalah keberadaan rumah adat Sunda yang masih terawat dengan baik.
Kampung ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16, tepatnya pada sekitar tahun 1500-an, di wilayah yang kini termasuk dalam Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Kampung Adat Kranggan meliputi hampir tiga kelurahan, dan di dalamnya terdapat sekitar sepuluh unit rumah adat yang masih berdiri kokoh.
Asal Usul Rumah Adat Sunda Dari Desa Tertua Kota Bekasi
Pada Rabu (30/10) kami mengunjungi Kampung Adat Kranggan dan berbincang dengan Abah Namin, Juru Bicara Kasepuhan Adat Kranggan. Dalam pertemuan tersebut, Abah Namin menjelaskan bahwa warga Kampung Adat Kranggan memiliki asal-usul dari Gunung Putri.
Menurut Abah Namin, leluhur mereka, Syaipin yang lebih dikenal dengan sebutan Olot Ipin, melakukan hijrah ke wilayah Kranggan untuk menyebarkan agama Islam dan memperluas kawasan. “Bapak Uyut Syaidin memiliki dua anak, yakni Uyut Syaipin (Olot Ipin) dan Uyut Rapidin. Anak dari Uyut Syaipin ini yang kemudian hijrah ke Kranggan untuk menyebarkan agama Islam dan juga membuka wilayah baru,” ujar Abah Namin.
Diperkirakan, Kampung Adat Kranggan telah ada sejak abad ke-15. Rumah adat yang ada di sini telah diwariskan secara turun-temurun hingga tujuh generasi. Ada sembilan pemangku adat yang tinggal di Rumah Adat Kranggan, dan sekarang generasi ketujuh memegang peranan penting dalam kelangsungan tradisi di kampung ini. Abah Namin juga menyebutkan, “Rumah adat ini sudah menjadi milik keturunan yang ke-9, dengan asal-usulnya dari Kranggan yang berada di Gunung Putri, Bogor.”
Keberadaan rumah adat di Kampung Kranggan memang memiliki nilai historis dan kultural yang tinggi. Walaupun rumah adat ini jarang dihuni, fungsinya lebih sebagai tempat penyimpanan padi dan benda-benda pusaka. Namun, saat ada acara atau kegiatan adat, rumah tersebut menjadi tempat berkumpul warga dan keluarga, bahkan untuk tidur jika diperlukan.
Ciri khas rumah adat Sunda yang terdapat di Kampung Kranggan adalah bentuk rumah panggung. Salah satu ciri khas lainnya adalah penggunaan kayu nangka sebagai material utama, bukan kayu jati seperti yang sering ditemukan pada rumah adat lainnya. “Ciri khas rumah adat Sunda itu rumah panggung. Tapi yang membedakan rumah adat di Kranggan, kita bisa lihat dari material kayu nangka yang digunakan, bukan kayu jati. Pintu rumah ini usianya sudah ratusan tahun, namun masih sangat kuat,” kata Abah Namin.
Selain itu, rumah adat Sunda juga memiliki paseban, yaitu halaman depan yang berfungsi sebagai tempat berkumpul. Di Kampung Adat Kranggan, paseban ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan komunitas, seperti musyawarah keluarga atau rapat warga. Bagian atas paseban dilengkapi dengan atap dari rangka kayu dan genteng tanah liat.
Baca Juga:
Cara Mengembangkan Kreativitas Sejak Dini Pada Anak
“Paseban ini digunakan untuk berbagai kegiatan warga, seperti rapat untuk kerja bakti, atau musyawarah untuk menyambut bulan Maulid. Ini adalah salah satu tempat penting di kampung kami,” tambah Abah Namin.
Dengan segala kearifan lokal yang masih dilestarikan, Kampung Adat Kranggan tetap menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah dan tradisi yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Di tengah gempuran modernisasi, kampung ini tetap menjaga warisan budaya yang sangat berharga.